Jenggar atau Jorngom

Jenggar atau Jorngom

Motif “Jengar” — Penjaga dari Dunia Tak Kasat Mata

Motif Jengar atau dikenal juga sebagai Jorngom, merupakan salah satu motif tradisional Batak yang sarat makna spiritual. Bentuknya menyerupai wajah raksasa dengan mata besar, gigi mencuat, dan ekspresi garang. Motif ini lazim ditemukan pada bagian tengah tomboman adop-adop (bidang segitiga di depan rumah adat Batak) serta pada halang gordang, bagian depan rumah yang menjadi batas ruang sakral.

Secara visual, Jengar memiliki kemiripan dengan hiasan kala makara pada candi-candi Nusantara — wajah raksasa penjaga gerbang antara dunia manusia dan dunia roh. Dalam tradisi Batak, Jengar diyakini sebagai pelindung rumah dan keluarga, simbol penjaga yang menolak segala makhluk jahat (begu) yang hendak masuk ke dalam rumah. Raksasa ini bukan sekadar simbol menakutkan, melainkan perwujudan kekuatan ilahi yang sanggup melawan segala bentuk kejahatan.

Dalam interpretasi Batikta, motif Jengar diolah menjadi pola simetris bergaya modern. Wajah raksasa digrafiskan menjadi ornamen geometris dengan garis lengkung tajam dan mata elips, tetap menampilkan aura kekuatan tanpa kehilangan keanggunannya. Penempatan pola di bagian tengah kain melambangkan posisi Jengar sebagai penjaga utama — berdiri di antara dua dunia, dunia nyata dan dunia tak kasat mata.

Motif ini dihadirkan dalam kombinasi warna hitam pekat dan merah tanah, warna khas perlindungan dan keberanian dalam budaya Batak. Dengan mengenakan motif Jengar, Anda tidak hanya membawa simbol kekuatan dan penjagaan, tetapi juga menghidupkan kembali warisan estetika dan spiritual dari rumah-rumah adat Toba yang penuh makna.


Caption Gambar (untuk web / katalog):

Motif Jengar — interpretasi modern dari wajah raksasa penjaga rumah adat Batak, simbol kekuatan dan pelindung dari gangguan roh jahat.


Referensi Singkat

  1. Lumbantobing, T. P. Arsitektur Tradisional Batak Toba.

  2. Simanjuntak, R. S. Motif dan Ornamen Rumah Adat Batak Toba.

  3. Harahap, D. A. (2016). Makna Ornamen Tradisional Batak Toba.

  4. Observasi visual rumah adat Huta Tinggi & Museum TB Silalahi Center.

Related Posts: