Hari Ulos 2025: Sebuah Pengingat Akan Warisan Leluhur

Hari Ulos 2025: Sebuah Pengingat Akan Warisan Leluhur

Ulos: Warisan Takbenda, Warisan Jiwa

Di Batikta, kami percaya bahwa setiap kain adalah cerita.
Cerita tentang tangan-tangan yang bekerja dengan cinta, tentang doa yang dijahit dalam tenunan, dan tentang budaya yang tetap hidup meski zaman terus berubah.
Dari keyakinan itulah Batikta lahir — untuk merawat, menerjemahkan, dan memperkenalkan kembali keindahan Ulos Batak kepada dunia modern, tanpa kehilangan makna aslinya.

Tanggal 17 Oktober setiap tahunnya menjadi momen istimewa bagi masyarakat Batak dan pecinta warisan budaya Nusantara.
Pada tanggal inilah, sebelas tahun lalu, Pemerintah Republik Indonesia menetapkan Ulos sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional.

Penetapan ini bukan sekadar simbol kehormatan, tetapi juga pengakuan bahwa Ulos adalah penjaga identitas, cinta, dan doa orang Batak yang diwariskan lintas generasi.
Bagi kami di Batikta, Hari Ulos adalah saat yang tepat untuk menunduk sejenak — mengingat asal-usul, dan mengangkat kembali makna yang mulai terlupakan.


Empat Cara Menyebut dan Memahami Ulos Batak

Sebagai wujud yang begitu kaya makna, Ulos memiliki beragam penyebutan dan klasifikasi.
Setidaknya ada empat cara umum yang bisa membantu kita mengenalinya lebih dekat:

  1. Berdasarkan bentuk dan corak fisiknya.
    Misalnya: Ulos Ragihotang, Ulos Mangiring, Ulos Harungguan, dan lainnya.

  2. Berdasarkan penggunaannya dalam adat.
    Seperti: Ulos Mula Gabe (Ulos Tondi) untuk memberi semangat hidup baru,
    Ulos Pansamot untuk pasangan pengantin, atau Ulos Saput dalam upacara penutupan hidup.

  3. Berdasarkan makna filosofinya.
    Contohnya: Ulos Tonunan Sadari yang melambangkan kesabaran,
    atau Ulos na Soraburuk yang mencerminkan rasa syukur dan perlindungan.

  4. Berdasarkan cara penyampaiannya.
    Misalnya: Ulos Herbang (yang diberikan dengan niat tulus tanpa pamrih),
    dan Ulos Sorpi (yang disampaikan secara resmi dalam acara adat).

Setiap penyebutan membawa nuansa berbeda — menunjukkan betapa Ulos bukan sekadar kain, melainkan bahasa kasih dan tata nilai kehidupan Batak.


Fakta Menarik Tentang Ulos Batak

? 1. Ulos dianggap memiliki “tondi” atau jiwa.
Dalam pandangan tradisi Batak, setiap helai Ulos memiliki energi spiritual yang membawa berkat, perlindungan, dan kekuatan hidup bagi pemakainya.

2. Hanya kelompok tertentu yang boleh menenun Ulos adat tertentu.
Misalnya, Ulos Ragidup yang sakral hanya ditenun oleh penenun yang sudah dianggap matua (berumur dan berhikmat).

3. Warna pada Ulos tidak sekadar hiasan.
Merah melambangkan semangat dan kasih, hitam menandakan kekuatan dan keteguhan, sedangkan putih adalah kesucian dan harapan.

4. Motifnya sarat simbol.
Motif ragi hotang (ikatan rotan) melambangkan persatuan,
sedangkan bintang maratur berarti keteraturan dan keharmonisan hidup.


Dari Tenun Tradisional ke Karya Batikta

Gambar Ulos Batak di bawah ini adalah sebagian dari koleksi kami — ditenun oleh para penenun Batak yang kami ajak berdiskusi dan belajar bersama tentang makna setiap helai kainnya.
Setiap Ulos yang lahir dari tangan mereka kami rawat dan kami kembangkan menjadi produk Batikta: busana, aksesori, hingga dekorasi yang tetap membawa napas asli Ulos Batak, namun siap menyesuaikan diri dengan gaya hidup masa kini.

Kami menyebutnya “turunan dari Ulos” — bukan sekadar modifikasi bentuk, melainkan transformasi nilai budaya menjadi karya yang bisa dikenakan, disentuh, dan dibanggakan setiap hari.


Selamat Hari Ulos!

Semoga setiap helai kain yang kita kenakan hari ini bukan hanya indah di mata,
tetapi juga mengingatkan kita pada akar budaya yang kuat —
bahwa di balik setiap tenunan, selalu ada doa, cinta, dan kehidupan.

Batikta – Menenun Makna, Merayakan Warisan.


Related Posts: