Rangsa Ni Tonun, Malam Budaya untuk Ulos

Rangsa Ni Tonun, Malam Budaya untuk Ulos

Anak-anak dan wanita umumnya menggunakan ulos sadum. 

Pria dewasa umumnya menggunakan ulos ragihotang, 

Pria dewasa yang sudah memiliki cucu umumnya menyandang ulos Pucca-pinunsaan.  

Jika dalam dukacita umumnya menggunakan ulos Sibolang,

Saat seorang anak lahir, umumnya diselimutkan dengan ulos mangiring. 


Warbiasak kan

Atau malah bikin bingung

Udah bener belum penempatan penggunaan ulos diatas?  

Saya pun ingin belajar,  ada kerinduan yang sangat besar untuk bisa menceritakan kembali cerita-cerita indah di tenunan Ulos yang mengemban cinta dan doa di dalamnya,kepada banyak tamue Batikta. 

Karena semakin kita kenal,  akan semakin kita cinta dan bangga memiliki Ulos. 


Malam ini di Siantar,  di tempat terhits saat ini,  Patarias Coffee, diadakan malam budaya bersama peneliti Ulos berkebangsaan Belanda,  Sandra Niessen,  yang puluhan tahun mendedikasikan dirinya mempelajari Rangsa ni Tonun Ulos,  kita bisa berbincang dan semakin mengenal Ulos sebagai salahsatu jati diri  Batak,  jati diri Indonesia.  


Diorganisir oleh Toba Odissey,  malam minggu ini,  29 April 2017, kita berkesempatan menonton bersama film yang telah memukau penonton internasional di  Festival International 5th Marrakech Biennale di kota Marrakech, Maroko,berjudul Rangsa Ni Tonun,  karya seniman Mja Nashir dan antropolog Sandra Niessen, yang merupakan kekaguman mereka terhadap keindahan Batak tradisional dan menjunjung tinggi nilainya.


Ajak keluarga,  teman dan rekan berkumpul bersama besok malam di Pattarias Coffee. 

Pukul 7 malam hingga selesai.  

Malam minggu bermanfaat,  malam minggi berbudaya :)

Horas!!!!

Trisna Pardede


Related Posts: